Saturday, April 1, 2023

Review Novel The Dating Game by Nina Ardianti

 The Dating Game


Blurb

Kemal Arsjad

Attraction is important. But chemistry is more important. Ketika menemukan keduanya, I consider myself lucky.

Tetapi itu lima tahun lalu, saat gue bertemu Emma pertama kalinya. Saat ini, tatapan Emma seperti membunuh gue dengan seribu pisau tak terlihat, membuat gue merasa… jauh dari kata beruntung.


Emma Sjarief

From the scale one to hot, Kemal Arsjad is scorching. Membara. Dia seperti book boyfriend yang hanya eksis di novel. Seperti para hero di romancelandia.

Tetapi itu lima tahun lalu. Sampai dia mengatakan sesuatu yang membuat harga diriku tergores, membuatku bersumpah, no matter how good he looks, nggak ada yang bisa membuatku memaafkannya.

Kemudian dia muncul kembali dengan senyumnya yang charming, ekspresinya yang playful, dan hot summer body yang membuat musim panas di Eropa Selatan terasa semakin gerah.

Mengingat kali ini interaksi kami nggak bisa dihindari, sepertinya aku harus minta maaf pada logika, karena… hati nggak mau mendengar.

So, ladies and gentlemen, please welcome… my another heartbreak show.


Review


“Sometimes the only person that can make you feel better is the same person that broke your heart.” (halaman 319)


Aku punya satu kalimat yang lebih favorit dari kutipan di atas. Sayangnya, itu kalimat keramat yang akan mengurangi experience baca pemirsa sekalian kalau aku spill di sini. So, it seems you really have to read this book by yourself ;)


The Dating Game, novel pertama yang selesai kubaca tahun 2023 ini. Selama membaca, aku mendapatkan apa yang udah lama nggak aku temui ketika membaca novel, yaitu roller coaster perasaan yang asik sendiri, salting, gemes, sampai ngomel-ngomel kesel. Exciting experience that I really miss.


Se-seru itu kah novelnya???

Sebentar..

Disclaimer: Jangan kaget kalau tiba-tiba review ini berubah jadi lapak marah-marah :)


Gaya Penulisan

Buku cetak pertama Nina Ardianti yang kubaca—di samping karyanya di Wattpad.

Masih konsisten, gaya penulisannya bukan tipikal yang bikin aku engaged sama penulisnya sampai kepincut buat kepengen beli bukunya yang lain. Penulisan yang rapi dan banyak kata baku—actually not my cup of tea, tapi yang ini masih nyaman untuk dibaca.

Di novel ini Mbak Nina pinter banget membolak balikkan perasaan pembacanya sesuai apa yang dia mau. Aku salah satu korbannya! Semudah itu aku kesemsem-kesal-kesemsem-sedih, tergantung perasaan tokohnya, haha.


Setting Tempat

Seperti novel metropop kebanyakan, setting tempat novel ini juga Jakartasentris.

Tapi… menariknya, seperti sudah menjadi ciri khas Nina Ardianti, pasti ada bagian ceritanya yang ber-setting di luar negeri. Kali ini, kamu akan di ajak jalan-jalan di Portugal!


Karakter Tokoh

Di awal suka banget sama karakter Kemal yang yang atraktif.

Setelahnya? Too good to be true :)

aku nggak menemukan kekurangan atau kesusahan dari dua tokohnya utamanya selain persoalan dengan diri mereka sendiri.


  • Kemal irresistible dan attractive tapi bukan tipeku. Dia tipikal cowok yg terlalu abu-abu. Nggak tahu maunya diri sendiri apa.

*lhoo kok jadi ngomongin tipe diri sendiri? :’)

  • Salah satu yang membuat karakter Emma menarik menurutku adalah ‘dia tau maunya apa’. Sampai kemudian, menjelang akhir cerita dia justru ikut-ikutan nggak tahu diri sendiri maunya apa.

  • Dah lah itu berdua nyakit bareng sama-sama nggak tahu maunya apa :)

  • Frankly speaking, I really hate Emma's attitude in chapter 60. Tiba-tiba kekanakan.


Konflik yang Muncul

Sesuai yang disebutkan di blurb, ada trigger yang menyebabkan hubungan mas-mas Corporate Lawyer ini dan Mbak Emma nggak berakhir baik di awal cerita. Yaitu kalimat yang diucapkan Kemal ke Emma di saat mereka ‘seperti sedang pdkt’.

Dan yasss, kalimat itu memang capable untuk membuat Emma merasa harga dirinya tergores sampai bersumpah ‘no matter how good he looks’ nggak ada yang bisa membuatnya memaafkan Kemal.

Saat membaca adegan itu pun, aku yang sedang dalam mode kesemsem sama Kemal, seketika teriak nyampah-nyampahin Kemal :)) Kalau aku di posisi Emma saat itu, sepertinya aku akan merasakan hal yang sama kayak Emma. Kemal kamu jahat :)

Kalimat Kemal itu juga yang akhirnya jadi kutipan favoritku di buku ini. Just because it’s so deep and hurtful :)


Kemudian di saat alasan kenapa Kemal bisa tega mengatakan hal itu kepada Emma akhirnya terkuak, aku ikut sedih dan berempati kepada Kemal. Nyesek banget jadi Kemal.

Tapi itu juga nggak membenarkan sikap dia yg seenaknya bikin salah paham Emma. Kemal tetap pernah jahat :) 


Alur dan Penyelesaian

Setengah novel ke belakang, aku kurang suka dengan alur apalagi penyelesaiannya.

Bahkan dari judulnya bukunya sendiri, aku merasakan terkesan dipaksakan. Karena baru di posisi ¾ bagain cerita, game itu muncul. Itu pun terasa aneh. Setelah tarik ulur, tiba-tiba udah main game aja mereka. Even I see the game is too cheesy 😭


Bagian yang Kurang Kusuka

  • Repetisi narasi dan adegan

Terlalu sering ada adegan hampir tersedak setiap tokohnya kaget. Tersedak minuman lah, ludah lah, sampe tersedak pringles pun ada!

Aku yakin scene ini ada lebih dari tujuh kali. Nanti coba kupastikan dengan menghitung ulang kalau ada waktu longgar.


  • Too much

-Narasi penggambaran fisik yang kadang too much. Jadi bukannya bikin kesemsem tapi malah bikin tepuk jidat.

-Terlalu banyak kalimat validasi Kemal-suka-Emma-BANGET dari tokoh lain. Berkali-kali.


Penutup

Aku bukan penulis yang lebih hebat dari penulis buku ini. Bahkan kalau disuruh nulis buku sendiri, belum tentu juga tulisanku akan lebih bagus.

Aku juga bukan manusia yang lebih baik dari dua tokoh utama novel ini, sampai-sampai berani judging soal keputusan-keputusan yang mereka ambil. I did, just because it’s fiction book. They are also fictional characters. But, fiction doesn't mean it can't ‘make sense’, right?


Jadi yang ingin aku bagi di sini adalah pengalaman baca yang kudapat dari novel ini.

A book that plays on the emotions of its reader like this is actually very exciting. It makes me feel alive. I really enjoyed this book. 


Untuk kamu yang suka fiksi romance dan nyari tipikal novel yang discussion-able, novel ini boleh coba. Mari kita ghibahin mas-mas Laywer yang kata Mbak Emma senyumnya charming, ekspresinya playful, dan punya hot summer body ini ;)

No comments:

Post a Comment