Monday, March 23, 2020

Studying Business and Management: LEADING THE STARBUCKS WAY (Michelli)

LEADING THE STARBUCKS WAY (Joseph A. Michaelli)

5 Principles for Connecting with Your Customers, Your Products, and Your People


Kali ini aku bukan mau menuliskan review dari buku yang sudah kubaca, melainkan ingin berbagi tentang apa yang aku dapat atau pelajari dari buku ini. Yaps buku tentang Starbucks, yang secara impulsif kubeli di bbw karena keinget aku lagi suka green tea frappuchino'nya starbucks, wkwk. Yang setelah itu malah jadi tertarik akan kesuksesan Starbucks.

Jadinya, aku penasaran dengan buku ini sekaligus ingin belajar. Buku yang ditulis oleh Joseph A. Michaelli ini mengklaim bahwa Lesson from Starbucks leader, managers, and frontline partners will teach you to build connections with those you serve to effectively enrich your business and personal life”. Menarik bukan? Oke, let us see..


CHAPTER 1

The Starbucks Connection

Cuplikan cerita nyata yang ditampilkan di bagian awal buku ini mencontohkan bahwa Starbucks merupakan sebuah perusahaan yang leadernya mendirikan sebuah visi yang menarik dan wujud nyata yang mencapai 'tidak hanya penjualan produk tetapi pada power dan connections yang kuat sekaligus setia'.

STARBUCKS: A LEADERSHIP BENCMARK

Misi Starbucks adalah “to inspire and nurture the human spirit –one person, one cup and one neighborhood at a time,”
Sedangkan visinya bertransformasi menjadi  “to become and enduring, great company with one of the most recognized and respected brands in the world, known for inspiring and nurturing the human spirit.”

Leader Starbucks mengenalkan “seven bold moves” untuk ‘fokus pada kekuatan yang ada’ dan ‘mengidentifikasi inovasi & tujuan peningkatan proses’ yang akan membuat perusahaan berlangsung jangka panjang.
1. be the undisputed coffee authority
2. engage and inspire our partners
3. Ignite the emotional attachment with our customers.
4. expand our global presence – while making each store the heart of the local neighborhood.
5. be the leader in ethical sourcing and environmental impact
6. create innovation growth platforms worthy of our coffee.
7. deliver a sustainable economic model.

The foundation for Strabucks leadership is reflected in terms like connection, humanity, humility,passion, and yes, even love.

WHAT’S LOVE GOT TO DO WITH IT – LEADING A HIGH-PERFORMANCE ORGANIZATION

Aku terpana dengan persepektif para leader yang disampaikan di bagian ini. Antara lain:

Howard Schultz, ketua dan CEO Starbucks, dari persepektifnya, banyak kepemimpinan diturunkan menjadi tiga sifat: “Take love, humanity, and humility and then place it against a performance-driven organization; these are in conflict to the naked eye. But I believe that performance is significantly enchanced by this kind of leadership. I am so convinced of it because we have become more performance driven than at any other time in our history and the values of the company are at high level. If we can infuse love, humanity, and humility on a global basis and build it into a performance-driven organization, we are unbeatable.” 

James Autry, Author, dengan leadership-nya, “Good management is largely a matter of love. Or if you’re uncomfortable with that word, call it caring, because proper management involves caring for people, not manipulating in them.” 

Professor Leonard Berry of Texas A&M meringkas dekade riset konsumen dengan mencatat, “Great brands always make an emotional connection with the intended audience. They reach beyond the purely rational and purely economic level to spark feeling of closeness, affection, and trust. Consumers live in emotional wolrd; their emotions influence their decisions. Great brands transcend specific product feature and benefits and penetrate people’s emotion.” 

Di starbucks, leadership mengandalkan human connection di semua aspek bisnis. Selain itu, leaders membangun strategi bisnisnya berdasarkan kesempatan yang muncul dari connection dengan pegawai, pelanggan, komunitas, dan shareholders. Akhirnya, mereka mengelola melalui sudut pandang kemanusiaan dan ekspektasi performance yang tinggi. 

Keyword: "Love" and "Build Connection".
Dari yang disampaikan di chapter ini, aku banyak menangkap bagaimana pengaruh “love” dapat menciptakan connection yang kuat. Dimana membangun sebuah connections itu sendiri menjadi sangat penting agar sebuah bisnis tidak hanya sekedar bisnis, tapi jauh lebih dari itu.

Aku sendiri bukanlah pelanggan setia Starbucks, hanya beberapa kali belakangan ini. Tapi sejauh ini aku cukup bisa merasakan apa yang ingin mereka 'berikan' memang sesuai dengan visi misinya. Terlalu dini mungkin, but I respect it..

Nah, apakah spekulasiku ini memang benar? Maka dari itu, di postingan selanjutnya aku akan membedah satu persatu prinsip yang ada di buku ini, yang disebut sebagai “five leadership principles”, prinsip itu antara lain: 
1. Savor and elevate 
2. Love to be loved 
3. Reach for common ground 
4. Mobilize the connection 
5. Cherish and challenge your legacy. 

See you later! 

#ARTIKEL#

No comments:

Post a Comment